Kamis, 23 Juli 2020

Falsafah Jawa

      Berbicara mengenai falsafah jawa tidak menutup kemungkinan untuk membicarakan sesuatu yang  sudah biasa kita dengar atau kita lakukan sehari-hari. Pada umumnya dalam falsafah jawa sangatlah beragam tergantung bagaimana dengan cara kita menanggapinya. Sebelum masuk kedalam falsafah jawa alangkah baiknya kita memahami dulu apa itu falsafah.
      Falsafah sendiri dalam KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki pengertian berupa anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki oleh orang atau masyarakat(pandangan hidup).
      Dari pengertian tersebut barulah kita bisa menyimpulakan bagaimana ataupun seperti apa falsafah yang ada dalam keadaan masyarakat jawa khususnya. Dalam falsafah jawa ini sangat erat sekali kaitannya dengan keadaan masyarakat ataupun diri sendiri. Dari segi tingkah laku maupun cara bersosial semua saling terkait antara satu dengan yang lain.
      Sebenarnya kita bisa saja menanggapi sesuatu hal dengan hanya berfikir praktis. Akan tetapi apabila berkaitan dengan falsafah maka kita akan dituntut untuk mencerna atau memahami maksud dan tujuan yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan banyaknya makna yang tersirat dari falsafah jawa itu sendiri.
      Untuk waktu sekarang ini mungkin sudah banyak yang melupakan atau bahkan tidak mengetahuinya.
      Sekedar pembelajaran untuk bersama, berikut adalah beberapa contoh falsafah jawa :


1. Alon-alon waton kelakon
Artinya pelan-pelan asal selamat. Kedengarannya simpel ya tetapi sebenarnya filosofi ini memiliki makna yang mendalam. Disini kita diajak untuk selalu berhati-hati, ulet, waspada, dan berusaha dalam menjalani hidup.

2. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman
Artinya kita jangan mudah heran, mudah menyesal, mudah terkejut, dan manja. Filosofi ini mengajarkan kita untuk menjadi orang yang dapat menerima semua keadaan. Sehingga kita tidak akan membuat masalah buat diri kita dan diri orang lain.

3. Sapa nandur, bakalan ngunduh
Ini soal karma. Bagi siapa yang mengumpulkan kebaikan maka suatu saat akan mendapatkan hasilnya. Orang yang banyak membantu orang lain, dia akan mendapatkan karma yang baik suatu hari nanti. Kita diajarkan untuk berlomba menanam kebaikan dimanapun kita berada. Ini juga bermakna kerja keras kita yang akan berhasil kelak.

4. Nerima ing pandum
Filosofi tersebut artinya menerima segala pemberian. Kita sebaiknya bisa ikhlas dalam menghadapi segala hal yang terjadi didalam hidup kita. Hal ini ditunjukkan khususnya agar kita tidak menjadi orang yang serakah dan menginginkan hak milik orang lain.

5. Urip iku urup
Hidup itu harus menyala. Jika mengikuti filosofi ini, kita diajak untuk membuat hidup kita menyala/semangata dengan membantu orang-orang di sekitar kita. Intinya kita harus bisa memberi manfaat baik itu hal kecil maupun hal yang besar.

6. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka
Jangan merasa paling pintar biar kita tidak mau salah arah dan jangan suka mencurangi biar kita tidak mau celaka. Jadi ingat koruptor sama orang yang mencuri ya. Mereka paling pintar dan salah arah, mereka juga mencurangi banyak orang, makanya jadi celaka. Kita harus bisa selalu rendah hati ya.

7. Sak bejo-bejone wong kang lali isih bejo wong kang eling lan waspodo
Filosofi ini didapat dari kitab Ronggo Warsita pujangga dari tanah Jawa. Arti dari filosofi tersebut adalah orang yang paling beruntung itu orang yang selalu ingat kepada yang Kuasa dan berhati-hati dalam menjalani hidup. Dalam ya guys maknanya.

8. Ngunduh wohing pakarti
Semua orang akan mendapatkan akibat dari segala perilakunya sendiri. Jadi, kita tidak perlu menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain karena bisa saja itu adalah akibat dari apa yang kita lakukan sendiri. Jadi, kita harus ingat untuk berhati-hati dalam betindak.

9. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha
Menyerbu tanpa bala tentara, menang tanpa merendahkan, kesaktian tanpa ajian, kekayaan tanpa kemewahan merupakan arti dari filosofi ini. Makna dari kata-kata tersebut adalah kita sebaiknya menjadi pemberani meski berjuang sendirian dan selalu menjaga wibawa serta selalu bersyukur.

10. Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana
Arti dari filosofi ini adalah kehormatan diri berasal dari lisan dan kehormatan raga berasal dari pakaian. Bagi orang Jawa cara berpakaian itu menentukan kehormatan raga dan cara berbicara menunjukkan kehormatan diri seseorang. Penampilan dan ucapan kita mempengaruhi bagaimana orang bereaksi dan menghargai kita.

11. Becik kethitik ala ketara
Filosofi ini sangat sering terjadi pada kehidupan sehari-hari yang artinya kebaikan akan terlihat dan kejahatan juga akan nampak. Semua perbuatan akan nampak tidak peduli itu baik maupun buruk. Ini adalah ajaran untuk kita agar memperbanyak perbuatan yang baik. Jika berbuat buruk dan disembunyikan, maka suatu saat perbuatan itu juga akan terbongkar.
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar